Mari Berkawan Dengan Buku

on 07 Maret 2009

“Orang miskin karena buku dia akan menjadi kaya. Orang kaya karena buku dia menjadi anggun.”


Membiasakan diri membaca buku berarti membiasakan diri berguru pada sumber-sumber ilmu yang dasyat. Membaca buku berarti berdialog langsung dengan pikiran para guru atau para master dari berbagai zaman. Kandungan dan kekayaan ilmu bisa kita serap dengan begitu mudahnya.

Jadi membaca adalah aktivitas pengembangan diri.

Kata-kata bijak di atas mengandung filosofi yang sangat tinggi. Ada makna pembelajaran di dalamnya. Buku ditulis dengan kerja keras yang luar biasa. Beribu-ribu informasi dan pengalaman diteliti, dipilah-pilah, dianalisis, dan dicari saripatinya. Buku merupakan hasil akumulasi dan kristalisasi dari berbagai kebijakan dan nilai-nilai yang teruji kebenarannya.

Buku adalah kerja intelektual yang luar biasa.

Barangkali bagi kita, ada buku-buku tertentu yang tidak kita sukai. Tetapi dalam setiap buku, sesungguhnya, minimal ada satu hal, satu pelajaran, satu nilai, satu hikmah, satu pengetahuan, dan satu jalan keluar. Setelah kita selesai membaca sebuah buku seperti baru pulang dari sebuah petualangan. Dan membawa ilmu juga pengalaman baru.

Satu hal tersebut, barangkali, mengandung manfaat besar yang tidak kita sadari saat ini.

Jadi setiap buku pasti ada manfaatnya!

Bayangkan, jika kita bisa memaksa diri membaca minimal satu buku dalam seminggu. Maka satu bulan terbaca empat buku, dan setahun 52 buku. Jika konsisten membaca, maka dalam lima tahun kita sudah membaca 260 buku. Jika buku-buku yang kita baca itu topiknya menyangkut bidang yang kita geluti, maka dalam lima tahun kita pasti sudah ahli dalam bidang tersebut.

Sebab itulah, sayang sekali jika karya-karya luar biasa itu ditelantarkan. Jika kita ingin mengembangkan diri, bacalah buku-buku bagus mulai sekarang!

AIR MATA UNTUKMU ......

on 03 Maret 2009

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar suara seseorang yang berseru mengucapkan salam.

"Bolehkah saya masuk ?" pintanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya untuk masuk.

"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?".

"Tak tahulah ayahku, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah...., dialah yang bertugas menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.

"Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini. "Perlahan Rasulullah mengaduh....

Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku --peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.

" Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatiii.." "Umatku..Umatku..Umatku..."

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.........

Sungguh... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita...

Bukan hanya pada kelompok dan sukunya..... Bukan pula hanya untuk keluarga dan kerabat dekatnya.

Kini...,mampukah kita mencintainyai sepertinya Cintanya kepada Kita?

Allahumma shalli 'ala Muhammad wa baarik alaa wa sallim 'alaihi

Akhirnya...

on 02 Maret 2009


Ahhh.. akhirnya! Mau juga bibir ini tersenyum. Dari beberapa kali gagal mencoba membuat Blog akhirnya terciptalah Blog ini, ternyata membuat Blog itu amat menyenangkan (dasar anak baru belajar pemula hehehehe...). Walaupun cukup menyita waktu tapi terbayar semua sudah dengan pemahaman membuat Blog. Semoga bisa menjadi motivasi untuk berbuat lebih baik lagi. Mohon bantuan teman-teman Blogers semua. Salam kenal dan sudilah tuk mampir dan berbagi ilmu.

Salam
agungamirul.blogspot.com